Tiga Kriteria Masyarakat Ideal dalam Hadits-Hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
Oleh: Zeinal Arifin, Lc
Masyarakat ideal atau sering disebut sebagai "Masyarakat Madani" merujuk pada masyarakat yang dibangun di atas nilai-nilai keimanan, akhlak mulia, dan keadilan. Jika kita telusuri hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, masyarakat ideal setidaknya harus memenuhi tiga kriteria utama: seperti satu tubuh, seperti satu bangunan dan seperti para penumpang perahu yang saling peduli.
Seperti Satu Tubuh
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya).’ (HR. Bukhari dan Muslim)
Masyarakat ideal digambarkan sebagai satu tubuh, di mana jika satu organ terluka, organ lain akan merasakan dampaknya, seperti demam dan sulit tidur. Tidak hanya itu, organ lain akan segera memberikan pertolongan pertama untuk organ yang terluka. Dalam perspektif ilmiah, Dr. Maher Muhammad Salim menjelaskan bahwa ketika bagian tubuh merasa sakit, saraf sensorik akan mengirimkan sinyal ke pusat kontrol refleks. Otak kemudian memerintahkan sel saraf motorik untuk memberikan pertolongan pertama. Sel-sel tubuh saling berkoordinasi, dipimpin oleh otak melalui hormon endokrin, untuk mengirimkan cadangan protein ke bagian yang terluka.
Begitu pula dalam masyarakat muslim, ketika seseorang kehilangan pekerjaan, sakit, mendapat musibah, maka orang-orang terdekat harus segera merespons dan secara refleks berlomba memberikan bantuan. Bagaimana mungkin kita bisa tidur nyenyak sementara tetangga kita kelaparan? Bagaimana kita bisa hidup nyaman sementara saudara-saudara kita tidak bisa mengakses pendidikan karena terkendala biaya?
Kita tidak hanya bersyukur karena tidak terkena dampak musibah, tetapi juga harus bisa merasakan penderitaan tersebut seolah menimpa diri sendiri. Pada hakikatnya, musibah yang terjadi kepada orang lain adalah ujian bagi kita yang melihat dan mendengarnya. Apa yang akan kita katakan? Apa yang akan kita lakukan? Respon kita terhadap musibah yang menimpa orang lain menjadi indikator lulus atau tidaknya kita dalam ujian tersebut.
Seperti Bangunan Kokoh
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Orang mukmin dengan orang mukmin yang lain seperti sebuah bangunan, sebagian menguatkan sebagian yang lain.” (HR Muslim).
Masyarakat ideal juga diibaratkan seperti bangunan yang saling menguatkan. Dalam struktur bangunan ada fondasi menjadi alas, dinding dan tiang-tiang yang menjadi penopang, atap yang berfungsi sebagai naungan, dan sebagainya. Semua memiliki fungsi, sebagaimana semua memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun, ketika semua disatukan dalam sebuah bangunan, mereka tidak tampak kelemahannya karena ditopang oleh bagian lainnya. Plafon yang rapuh terhadap air tidak akan khawatir karena di atasnya ada genting yang melindunginya. Sebaliknya, plafon melindungi penghuni rumah dari debu-debu yang sering turun dari genting sekaligus mempercantik rumah hingga tampak lebih indah.
Demikian pula setiap anggota masyarakat memiliki fungsi dan kekuatan yang berbeda-beda. Ada yang memiliki kelebihan dalam suatu aspek, namun lemah dalam aspek lain. Tugas pemimpin adalah meramu dan mendesain semua elemen tersebut menjadi satu bangunan yang kokoh, sehingga setiap potensi dapat dimaksimalkan dan saling melindungi satu sama lain.
Seperti Penumpang Perahu
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Kemungkaran adalah bagaikan suatu kaum yang berundi dalam sebuah perahu. Nantinya, ada sebagian berada di bagian atas dan sebagiannya lagi di bagian bawah perahu tersebut. Yang berada di bagian bawah ketika ingin mengambil air, tentu dia harus melewati orang-orang di atasnya. Mereka berkata, "Andai kata kita membuat lubangm kegiatan saja sehingga tidak mengganggu orang yang berada di atas kita."Seandainya yang berada di bagian atas membiarkan orang-orang bawah menuruti kehendaknya, niscaya semuanya akan binasa. Namun, jika orang bagian atas melarang orang bagian bawah berbuat demikian, niscaya mereka selamat dan selamat pula semua penumpang kapal itu." (HR. Bukhari)
Hidup bermasyarakat tidak boleh individualistis, tidak peduli dengan tindakan orang lain. Jika ada penumpang yang melubangi perahu dan yang lain menganggap itu bukan urusan mereka, seluruh penumpang akan tenggelam. Namun, jika ada orang-orang yang mengerti dan peduli, maka semua penumpang akan terselamatkan. Oleh karena itu, saling mengingatkan dalam kebaikan dan mencegah tindakan yang merugikan adalah cara untuk menyelamatkan perahu yang kita tumpangi bersama.
Peran Baitul Mal Al-Ihsan
Baitul Mal Al-Ihsan dengan segenap kemampuannya mencoba untuk ikut berkontribusi mewujudkan tiga kriteria diatas dengan mendukung program-program yang ada di lingkungan Yayasan Al-Ihsan.
Untuk mewujudkan masyarakat satu tubuh, misalnya, Baitul Mal Al-Ihsan berkontribusi dalam kegiatan Santunan, Tebar Berkah Ramadhan, Bantuan Biaya Pendidikan untuk Yatim dan Dhuafa dan program lain yang ada di lingkungan Yayasan Al-Ihsan.
Baitul Mal Al-Ihsan juga menyiapkan Beasiswa Kader Qur`an dengan harapan mereka menjadi garda terdepan dalam menjaga “para penumpang perahu” agar selamat. Mereka akan dibekali ilmu dan strategi dakwah di tengah-tengah masyarakat.
Tentu saja, Baitul Mal Al-Ihsan tidak bisa berdiri sendiri dalam mengemban cita-cita mulia ini. Perlu dukungan dan sokongan semua pihak terutama keluara besar Yayasan Al-Ihsan mulai dari Yayasan, Guru, Karyawan, Wali Murid dan juga para santri, sehingga lingkup manfaat yang diberikan bisa semakin luas.