Ramadhan; Oase Kehidupan

Serba-serbi Ramadhan (1)

Ramadhan; Oase Kehidupan

 

Musim panas ini sudah berlangsung begitu lama. Seolah tidak berujung. Setiap hari, langit terasa semakin tinggi dan bumi begitu kering. Jiwa-jiwa terbakar. Air bumi, yang semestinya menjadi pelepas dahaga dan memberikan sedikit kesejukan tampak tidak berdaya. Sekarang, tidak ada pilihan lain, semua jiwa menengadahkan wajahnya ke langit, merindukan tetes-tetes air yang turun dari sana. Hujan yang dinanti-nanti, yang membawa harapan, kesegaran, dan kehidupan baru.

Setelah sekian lama menanti, turunlah tetesan hujan menyentuh kulit-kulit yang kering, membahasi bumi-bumi yang gersang, menyirami pohon dan tanaman. Dalam bahasa Arab, hujan di akhir musim panas disebut ar-ramdh atau ar-ramidh. Dari akar kata itulah muncul kata Ramadhan. (Lihat Lisanul Arab, 7/160)

Ramadhan adalah hujan di akhir musim panas. Ia datang ketika hati-hati mulai kering dengan segudang rutinitas, saat jiwa-jiwa mulai terbakar panasnya ambisi dunia. Ia datang saat mereka rindu akan ketenangan dan kedamaian bermunajat kepada Rabb-nya.

 

Dahulu, Zaid bin Amr, Utsman bin Huwairits, Ubaidullah bin Jahsy, Waraqah bin Naufal, dan orang-orang semisal, merasakan kegersangan dalam perjalanan spiritual mereka. Bahkan, mereka rela mengembara ke negeri-negeri jauh seperti Persia, India, dan Yunani, demi memuaskan dahaga akan kebenaran yang mereka dambakan. Maka, Ramadhan datang membawa wahyu pertama sebagai awal diturunkannya agama baru, agama Islam, yang menjadi jawaban atas semua pertanyaan dan pemuas dahaga spiritual mereka.

Ketika jiwa-jiwa manusia gelisah, bingung mencari pegangan, petunjuk ke arah yang benar, dan pemutus perselisihan, Ramadhan hadir dengan turunnya Al-Quran. Di dalamnya terdapat petunjuk, penjelas segala sesuatu dan rahmat bagi mereka yang beriman. Allah berfirman:

وَمَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ إِلَّا لِتُبَيِّنَ لَهُمُ الَّذِي اخْتَلَفُوا فِيهِ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ (64)

Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Quran) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (16: 64)

Saat nurani manusia dijerat hedonisme, diracuni hawa nafsu, dan dibakar ambisi duniawi, Ramadhan datang membawa syariat puasa. Ia mengajarkan manusia cara mengendalikan nafsu, agar mereka tidak menjadi budak hawa nafsunya sendiri. Puasa melatih agar manusia mampua mengendalikan lisan dan perbuatannya sampai-sampai Rasulullah bersabda, “Siapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan kotor, maka Allah tidak berkepentingan sedikitpun terhadap puasanya.” (HR. Al Bukhari).

 

Puasa yang mengajarkan agar manusia memiliki visi yang jauh menembus dimensi akhirat, dimana kebahagiaan terindah seorang hamba bukan terletak pada materi duaniwai, namun saat mereka berjumpa dengan Rabb-nya dalam keadaan Dia ridha kepadanya. Rasulullah bersabda, “Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan, yaitu kegembiraan ketika berbuka puasa dan kegembiraan ketika bertemu dengan Rabb-nya.” (HR. Bukhari dna Muslim)

Ketika para sahabat merasa galau karena pendeknya umur mereka, khawatir tidak bisa menyaingi umat-umat terdahulu yang berusia panjang, Ramadhan datang membawa Lailatul Qadr, malam yang lebih baik daripada seribu bulan sebagaimana dalam Surah Al-Qadr. Ramadhan menghidupkan harapan setiap muslim untuk bersaing dalam amal kebaikan dengan para pendahulu mereka.

 

Semoga Ramadhan tahun ini menjadi hujan di penghujung musim panas untuk diri sendiri, keluarga dan lembaga yang kita cintai. (ZA)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Open chat
Klik untuk informasi
Assalamualaikum, ada yang bisa kami bantu?